KBM
Semarang, Sebagai guru tentu kita tidak mau anak-anak kita terjerumus dalam kemalasan. Apalagi dalam hal "tidak disiplin" mengerjakan tugas. Alhasil, sebagai guru kita harus memutar otak agar anak didik mau mengerjakan tugas yang kita berikan dengan hati yang enjoy tanpa merasa terbebani.
Sudah menjadi hal yang biasa ketika setiap hari guru menanyakan atau melihat buku kerja siswa. Namun sedikit pula siswa yang mengulangi kesalahan dengan tidak mengerjakan tugasnya kembali. Sebagai guru terkadang kita dilema dengan langkah yang akan dilakukan. Mengingat saat ini guru tidak bisa mengambil keputusan seperti zaman dahulu. Dulu, guru diberi kesempatan untuk menghukum siswa. Bahkan ada yang sampai menggunakan hukuman fisik. Sementara saat ini, hak asasi anak menjadi pagar beton yang harus diperhatikan guru.
Sarah Ockwell Smith seorang ahli psikologi anak dan parenting menyampaikan bahwa tidak ada penyebab pasti alasan anak tidak mau mengerjakan tugas. Di dalam bukunya yang berjudul "The Gentle Discipline Book" Sarah menyampaikan bahwa usai sekolah anak-anak sudah merasa lelah dan ingin bersantai di rumah serta bermain dengan teman-temannya".
Mungkin inilah yang menjadi salah satu motif mengapa di dalam penerapan kurikulum 2013 guru dilarang memberikan PR kepada siswa. Pengembalian hak anak dengan memberikan waktu yang cukup untuk bermain dianggap sangat penting dalam menunjang perkembangan dan pertumbuhan anak. Tidak mengerjakan PR bukan berarti tidak belajar. Waktu yang sudah dihabiskan anak sejak pagi hingga siang/sore di sekolah dianggap sudah cukup sebagai proses belajar. Apalagi jika anak itu masih berusia SD (DM).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar